Halo? Rasanya asing sekali kembali kesini, log in dengan akun yang sama dan melihat rentetan draft yang terbengkalai menjadi cerita yang tidak pernah rampung. Gue nyaris lupa dengan keberadaan blog ini, maaf gue lupa pulang. Tekad gue tidak lagi sekuat apa yang gue tuliskan beberapa tahun yang lalu. Gue tumbuh menjadi orang baru dan beberapa bilang gue berubah menjadi sosok yang tidak lagi mereka kenal. Gue jadi bertanya-tanya, mereka yang tidak cukup mengenal gue atau memang diri gue yang berubah? Sekarang gue ga punya rencana apapun, rindu sekali dengan perasaan ambisi dimana bangun pagi dengan rencana dan kesibukan. Perasaan akan angan dan harapan hancur dalam semalam lenyap begitu saja dan gue tidak punya siapapun untuk disalahkan. Mungkin gue belum bercerita soal sosok ini. Lagi dan lagi gue hanya kembali menulis disaat kondisi terburuk gue. Darimana ya gue mulai bercerita? Mungkin tidak akan cukup hanya dalam satu tulisan karena sosoknya terlalu besar untuk dirangkum dalam satu halaman. Sekarang biar gue bicarakan rasa duka, kehilangan, dan perpisahan.
Banyak yang terjadi di tahun 2022 ini dalam waktu yang berurutan. Juni 2022 semua keluarga gue berduka atas kepergian Kai, Juli 2022 gue kehilangan jati diri ikut sana-sini tanpa prinsip hidup, Agustus 2022 gue salah membuat keputusan, September 2022 semua pilihan dan tindakan yang gue ambil satu persatu kembali ke gue seperti domino, dan Oktober 2022 semua yang gue punya dan jaga habis terbakar tanpa sisa. Sekali lagi, gue tidak menyalahkan siapa-siapa tidak ada satu jiwa pun yang memiliki tanggung jawab atas tindakan bodoh yang gue lakukan. Semua yang dikatakan oleh mereka benar. Gue gampang terbawa arus, gue yang tidak punya prinsip hidup, gue yang selalu menyia-nyiakan, dan gue yang selalu takut kelewatan moment. Gue haus akan atensi dan hanya mencari kesenangan semata. Semua itu gue lakukan untuk mereka yang pada akhirnya tidak akan pernah memilih gue. Setelah apa yang gue lalui cuman rasa penyesalan, bersalah, dan ketakutan yang menetap. Satu pesan yang ingin gue sampaikan dari tulisan ini adalah bahwa "mencintai" lebih mudah dilakukan daripada "menerima". Terkadang berada di dalam usia hubungan yang cukup lama tidak menjamin kita mengenal seseorang itu cukup baik dan memberi semua juga tidak cukup membuat seseorang menetap. Gue yakin dalam pernikahan yang didasari cinta pun pastinya ada rasa dalam diri atau pasangan yang akan cukup sulit diterima entah apapun itu. Mungkin sulit menerima keputusan yang telah diambil, kekurangannya, atau menerima kesepakatan yang terpaksa disepakati. Sebaik-baiknya orang dalam memberi dan menunjukkan kasih sayang, tidak akan cukup membuktikkan bahwa mereka akan menerimamu. Gue percaya kita tidak akan pernah seratus persen diterima oleh orang lain, mungkin kita hanya lebih baik beberapa persen dibanding pilihan mereka yang lain.
Bulan November 2022 akan menjadi bulan yang sulit dan panjang untuk gue yang harus belajar kembali arti kehilangan, perpisahan, dan penerimaan. Dalam proses ini gue enggak akan banyak ngeluh, diam akan menjadi teman gue sampai masa duka ini selesai. Rasanya akan lebih mudah untuk lari dari semua ini dan menganggap semua baik-baik saja. Tapi, kali ini biar gue terima segala rasa dan hantaman dari segala sisi. Biar gue menyatu dengan kesedihan untuk melahirkan arti baru dari arti duka. Proses menerima rencana masa depan yang hancur, menerima kejujuran yang menyakitkan, dan menerima kehilangan yang tidak diantisipasi akan menjadi tujuan gue di akhir tahun ini.
Komentar
Posting Komentar