Langsung ke konten utama

Cerita Pendek

Perjalanan hidup gue dari tahun 2017-2020 cukup berliku, naik turun seperti jalan ninja hatori. Gue sangat bersyukur atas semua yang terjadi karena telah membawa gue ke hari ini. Semua masalah yang telah dilewati membentuk pribadi gue sekarang. Gue bukanlah orang yang mudah untuk menceritai tentang masa lalu gue, bahkan tidak jarang gue tidak pernah mengakui adanya masa lalu gue. Bagi gue hal buruk yang terjadi di masa lalu itu hanyalah aib yang memalukan dan cukup untuk dikubur dalam dalam dan jangan di gali lagi. Sampai akhirnya gue sadar jika masa lalu merupakan bagian dari diri gue. Bagaikan bayangan, gue tidak bisa lari atau menghindar karena dia akan terus ada bersama gue.

Di tahun 2017 gue mulai melupakan soal masa lalu gue. Bangun tidur cuman untuk hari esok dan lusa. Hidup baik baik saja. Selayaknya anak SMA lainnya gue sekolah, main hingga lupa waktu. Gue jatuh cinta dan gue patah hati. Gue kira ketika gue menjalani hari gue dengan biasa gue sudah berhasil melupakan semuanya ternyata setelah gue sadar itu cuman tipuan. Sandiwara semata untuk pengalihan. Gue lari dari masa lalu tanpa benar benar melupakannya.

Di tahun 2018, hal hal yang berhubungan dengan masa lalu kembali, gue tergoda. Hingga akhirnya gue terjebak. Nostalgia itu indah. Rasanya jiwa gue lapar akan dahaga, gue makan semua yang gue lihat hingga jatuh sejatuh jatuhnya, terikat kembali dengan yang sudah lama hilang. Akhirnya gue tenggelam dalam kelabu masa lalu tanpa sadar itu jebakan. Gue yang dulu hidup tanpa masa lalu, sekarang terjebak dalam kepastian yang fana.

Di tahun 2019, rasanya setiap hari bangun hanya untuk mencari jawaban yang tidak pernah ada dan menunggu yang tidak akan pernah datang. Terjadi pertempuran dalam diri gue, seperti terbagi dua kubu pikiran. Logika dan hati. Ada yang memaksa pergi dan bertahan. Disini gue mulai belajar berdamai dengan diri sendiri. Logika dan hati gue memiliki jalan pikirnya masing masing, disitu gue belajar untuk menyeimbangkan antara logika dan hati gue. Mereka tidak bisa berjalan tanpa satu sama lain, tanpa hati gue hanyalah egois dengan logika gue, tanpa logika gue hanyalah orang yang terbutakan oleh cinta. Dengan menyeimbangkan keduanya disitu gue menemukan jalan keluarnya.

Di tahun 2020, dengan penuh tekad gue pun menghadapi masa lalu gue dan perlahan mengobati diri gue sendiri. Ternyata lari dan menghindar bukanlah cara yang baik. Dengan gue berdamai dan memaafkan adalah cara terbaik untuk meninggalkan masa lalu. Rasanya seperti keluar dari ruangan setelah terkungkung di dalamnya selama bertahun tahun. Hal yang gue takutkan ternyata adalah hal yang harus gue lakukan. Gue tidak menyalahkan diri gue untuk tidak melakukannya sedari dulu karena gue memberi diri gue waktu untuk belajar. Gue belajar untuk dapat memahami diri gue lebih baik dan perlahan menjadi versi diri gue yang lebih baik.

Komentar